skip to main |
skip to sidebar
Para
penghayat 'Kasunyatan Jawi' meyakini bahwa huruf Jawa yang berjumlah 20
huruf itu sesungguhnya adalah kitab sucinya orang Jawa yang mengandung
'Japa, Mantra, Guna, Sarana, dan Sabda' sekaligus. Urutan hurufnya dari
yang pertama (Ha) hingga yang terakhir (Nga), sesungguhnya tidak sekadar
mengandung arti sebuah hikayat atau kisah, tetapi lebih dalam dari itu.
Ha Na Ca Ra Ka, yang berarti ada utusan.
Maksudnya adalah utusan hidup, berupa napas yang rnenjadi penanda bagi
bersatunya jiwa dan jasad dalam diri manusia. Karena ada utusan (pembawa
utusan) berarti ada pula yang mengutus (sang pemberi utusan) dan
sesuatu yang dibawa (isi risalah atau utusan).
Da Ta Sa Wa La, artinya saling bertengkar.
Terjadi perselisihan antara utusan dan yang menerima utusan, yaitu
dalam hal menafsirk an amanah kehidupan. Pertarungan sengit antara jiwa
yang tenang (nafs muthmainnah) dan jiwa yang gelisah (nafs lawwamah).
Pada maqam yang lebih tinggi diartikan sebaliknya, yaitu tidak ada
perselisihan antara yang mengutus dan yang menerima utusan. Lebih
tepatnya
lagi perselisihan yang dimaksud adalah dialog yang akrab.
Pa Dha Ja Ya Nya, artinya sama-sarna jaya atau digdaya.
Keduanya sarna-sama kuat dan tidak ada yang mau mengalah. Pada
tingkatan spiritual yang lebih tinggi diartikan sebagai kesetaraan dalam
penyatuan, artinya baik yang mengutus maupun yang menerima utusan telah
melebur.
Ma Ga Ba Tha Nga, arti yang paling populer adalah
sama-sama mati (palastra), drama kehidupan di dunia telah tutup layar.
Namun, bagi mereka yang menghayatinya secara Pagedhongan (kalangan
terbatas), mengartikan Ma Ga Ba Tha Nga sebagai "Mangga batanga!"
(silahkan ditemukan sendiri misterinya).
Sedangkan bagi para penghayat Kejawen di Tenggger menafsirkan huruf Jawa sebagai berikut:
Ha Na Ca Ra Ka, sebagai kirata atau singkatan dari: Hingsun Nitahake Cahya Rasa Karsa (Aku menciptakan Cahaya, Rasa, dan Karsa)
Da Ta Sa Wa La, sebagai kirata atau singkatan dari: Dumadi Tetesing
Sarira Wadi Laksana (Menjadi Tetes Badan [air mani] yang mengandung
Rahasia Penciptaan alam semesta)
Pa Dha Ja Ya Nya, sebagai Kirata
atau singkatan dari: Panca Dhawuh Jagat Yekti Nyawiji (Lima unsur
Bersabda, Alam semesta Pasti Menyatu)
Ma Ga Ba Tha Nga, sebagai
Kirata atau singkatan dari: Marmane Gayuhen Bali Thukul Ngakasa
(Hakikatnya Temukanlah, maka kamu akan Kembali Merdeka).
Ketika
susunan aksara Jawa ditukar posisi, ia pun dapat menjadi tuntunan hidup
yang kombinasinya bisa tak terhingga. Salah satu misal adalah:
Ha Ma Ca Ja Wa, yang diartikan: Menghayati budaya Jawa,
Sa Nya Ta Da Ya, diartikan: Selamat dari malapetaka,
Ba Tha Ra Ga Na, diartikan: Orang yang arif dan bijaksana akan mampu menghadapi segala rintangan,
Ka La Pa Dha Nga, diartikan: Saat yang telah terang-benderang.
Semua itu merupakan khasanah kebudayaan adiluhung yang dimiliki manusia
Jawa. Betapa, Jawa sejak dulu kala telah memiliki satu pandangan hidup
dan kebudayaan yang sangat tinggi.
-------------------------------------------------------
Sumber:
Dikutip dari catatan kaki pada hlm.206,
Buku "Puncak Makrifat Jawa" Pengembaraan Batin Ki Ageng Suryomentaram
oleh: Muhaji Fikriono
Cetakan I, Juli 2012
0 status:
Posting Komentar