LAS OKSI ASETILEN
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi (3000o) yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan bakar gas yang digunakan asetilen, propan atau hidrogen, sehingga cara pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara. Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air. Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor. Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
CaC2
|
+
|
2H2O
|
®
|
Ca(OH)2
|
+
|
C2H2
|
+ kalor
|
kalsium karbida
|
air tohor
|
Kapur
|
gas asetilen
|
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350° C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.
Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit. Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar, maka las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
Las Karbit Secara Umum
Las karbit adalah pembahasaan yang umum berada di masyarakat untuk menyebut pengelasan Asetilin.
Secara umum, perkakas las asetilen adalah alat penyambung logam melalui proses pelelehan logam dengan menggunakan energi panas hasil pembakaran campuran gas asetilin dan gas oksigen.
Kegunaan Las Asetilen
Perangkat perbengkelan las karbit digunakan untuk memotong dan menyambung benda kerja yang terbuat dari logam (plat besi, pipa dan poros)
Gambar Las Karbit
Bagian-Bagian dan Fungsinya
1. Tabung gas oksigen, berisi gas oksigen yang berfungsi dalam proses pembakaran. Botol gas ini dimanfaatkan gas oksigen dengan tekanan 151 bar.
2. Tabung gas asetilen, berisi gas asetilen yang berfungsi sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran.botol ini terbuat dari baja yang diisi gas asetilin yan g telah dimampatkan dengan volume 40 liter dan tekanan mencapai 15 bar.
Perbedaan silinder zat asam ( oksigen) denga tabung asetilin
Zat asam : Tinggi langsing :
Tekanan ( sampai 150 kg/cm2 )
Baut atau mur pengikat ( Ulir kanan )
katup atau pembuka katub (Roda tangan)
Atetilin : Pendek gemuk
Tekanan ( sampai 15 kg/ cm2 )
Baut atau mur pengikat (Ulir kiri)
Katup atau pembuka katub ( Kunci sok )
3. Regulator, berfungsi untuk mengatur aliran dari masing-masing tabung gas. Pada regulator terdapat dua buah alat pengukur tekanan atau manometer. Manometer tekanan isi dan manometer tekanan kerja. Macam regulator juga ada dua :
a. Regulator satu tingkat
b. Regulator dua tingkat
4. Selang penyalur, berfungsi untuk menghubungkan atau mengalirkan gas dari tabung gas oksigen dan asetilen menuju brander. Selang las harus kuat tetapi lemas tidak kaku, harus tahan terhadap tekanan gas +/- 10 kg/cm2, Warna untuk selang oksigen berwarna biru. Sedang untuk asetilin berwarna merah.
5. Brander, berfungsi untuk mengatur campuran gas oksigen dan asetilen serta pembakarannya.
Sebelumnya aku membicarakan tentang gambaran cukup umum tentang las karbit. Kali ini aku akan membahas tentang kualitas api dari las karbit. Jika kita atur aliran gas oksigen dan asetilen maka kita akan dapati kualitas nyala api yang berbeda.
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen seperti ditunjukkan pada gambar di bawah :
a. Nyala asetilen lebih (nyala karburasi)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
b. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.
c. Nyala oksigen lebih (nyala oksidasi)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa posisi pengelasan yaitu :
a. Pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° – 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
b. Pengelasan mendatar (horisontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
c. Pengelasan tegak (vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
d. Pengelasan di atas kepala (over head)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
Menurut gerakan teknik pengelasan adalah :
1. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
2. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
Gerakan pembakar tidak hanya bergerak maju atau mundur saja akan tetapi kadang harus
· melingkar ,
· siksak,
· trapezium
· memutar seperti tali.
Hal ini tergantung lebar dan bentuk kampuh las. Gerakan ini juga menghindari lobang pada besi yang di las atau meratakan atau menyempurnakan pengelasan.
Contoh-contoh sambungan
Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain :
o peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit.
o Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
o Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.
o Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
Praktik
Alat dan Bahan
1. Satu unit peralatan gas oksi-asetilen, terdiri dari:
o tabung gas oksigen dan regulatornya
o tabung gas asetilen dan regulatornya
o selang
o brander (torch)
2. Bahan pengisi (kawat)
3. Alat pengaman (sarung tangan, kaca mata las)
4. Korek api dan oncor
6. Sikat baja
7. Alat-alat kerja bangku bila diperlukan.
Cara Pelaksanaan
a. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipergunakan.
b. Memeriksa brander harus dalam keadaan tertutup.
c. Membuka tabung gas oksigen dan asetilen dengan cara mengendorkan baut penutupnya dengan kunci pembuka.
d. Memeriksa isi tabung gas dengan melihat manometer penunjuk tekanan yang terpasang pada regulator.
e. Mengatur tekanan kerja dengan memutar handel pada regulatornya (putaran ke kanan untuk memperbesar tekanan gas).
f. Membuka sedikit gas asetilen pada brander dan menyalakannya dengan api.
g. Membuka dan sekaligus mengatur besar kecilnya gas oksigen pada brander sampai diperoleh nyala netral.
h. Mulai melakukan pengelasan dengan mengarahkan nyala api brander pada logam induknya.
i. Bila logam induk sudah mulai mencair, kemudian mengarahkan logam pengisi pada bagian logam induk yang mencair dan mengayunkan brander sampai terbentuk rigi-rigi las yang diinginkan.
j. Mengulangi nomor h sampai nomor i sampai didapat rigi-rigi las yang baik.
k. Latihan menyambung bermacam-macam bentuk benda kerja.
l. Melaksanakan praktikum dengan serius dan berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
m. Setelah praktikum selesai, membersihkan tempat dan peralatan praktikum serta mengembalikannya pada tempat semula.
Hubungan tebal plat tekanan gas dan ukutran pembakar
Ketidak sesuaian pemakaian ukuran pembakar dan tekanan gas terhadap ukuran plat yang akan di las atau di potong, sering mempersulit pengerjaan dan mudah terjadi letupan api las pada waktu pengelasan. Untuk mengatasi hal ini dalam pengerjaan pengelasan atau pemotongan perlu mematuhi hubungan tebal plat, tekanan gas dan ukuran pembakar seperti dibawah ini.
Hubungan tebal plat tekanan gas dan ukuran pembakar untuk pengelasan
Nomer ujung pembakar
|
00
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Nomer pencampuran
|
00-1
|
00-1
|
1-7
|
1-7
|
1-7
|
1-7
|
1-7
|
1-7
|
1-7
|
6-10
|
6-10
|
-
|
-
|
-
|
Tebal plat (mm)
|
0,4
|
0,8
|
1,5
|
1,5
|
3
|
5
|
6
|
8
|
10
|
12
|
13
|
20
|
20
|
20
|
Tekanan gas oksigen (bar)
|
0,069
|
0,069
|
0,069
|
0,138
|
0,207
|
0,276
|
0,345
|
0,414
|
0,483
|
0,483
|
0,518
|
0,621
|
0,60
|
0,823
|
Tekanan gas asetilin (bar)
|
0,069
|
0,069
|
0,069
|
0,138
|
0,207
|
0,276
|
0,345
|
0,414
|
0,483
|
0,483
|
0,518
|
0,621
|
0,60
|
0,823
|
Hubungan tebal plat tekanan gas dan pembakar untuk pemotongan
Tebal plat (mm)
|
00
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Nomer ujung pembakar
|
0
|
1
|
1
|
2
|
2
|
3
|
4
|
5
|
5
|
6
|
6
|
7
|
7
|
8
|
Tekanan gas oksigen (bar)
|
2.07
|
2.07
|
2.76
|
3.45
|
5.105
|
3.45
|
3.105
|
4.14
|
3.45
|
3.795
|
4.14
|
4.83
|
4.83
| |
Tekanan gas asetilin (bar)
|
0.207
|
0.207
|
0.207
|
0.207
|
0.207
|
0.207
|
0.207
|
0.276
|
0.276
|
0.345
|
0.345
|
0.414
|
0.414
|
0.414
|
Ukuran bor pembersih
|
64
|
57
|
57
|
55
|
55
|
53
|
50
|
47
|
47
|
42
|
42
|
36
|
19
|
3
|
0 status:
Posting Komentar